Nama :
Ghina Farras Ayuningtyas
NIM :
1200419
Program Studi :
Pendidikan Matematika
Resume Presentasi BK Kelompok 8
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan
Belajar dan Pengajaran Remedial
A.
Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar
1.
Definisi Diagnostik Kesulitan Belajar
Di sekolah guru sebagai
pendidik memiliki tanggung jawab atas perkembangan peserta didiknya. Salah satu
tanggung jawab guru adalah memahami kesulitan belajar peserta didik. Kegiatan
memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnostik
kesulitan belajar. Sebelum memahami apa yang dimaksud diagnostik kesulitan belajar,
kita perlu memahami istilah diagnostik dan kesulitan belajar.
a.
Diagnostik
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), diagnosis/di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis penyakit
dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Menurut Harriman dalam
bukunya Handbook of Psychological Term, diagnostik adalah suatu
analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya.
Jadi diagnostik merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang
tidak beres atau bermasalah.
Sehingga diagnostik dapat diartikan sebagai
analisis terhadap suatu masalah dengan meneliti penyebabnya atau dengan melihat
gejala-gejala yang tampak.
b.
Kesulitan Belajar
Secara harfiah,
kesulitan belajar dapat didefinisikan sebagai rendahnya kepandaian yang
dimiliki seseorang dibandingkan dengan kemampuan yang seharusnya dicapai pada
umurnya. Secara informal kesulitan belajar dapat dikenali dari keterlambatan dalam
perkembangan kemampuan seorang anak. Kesulitan belajar yang dialami oleh
peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologis, psikologis, instrumen, dan
lingkungan belajar.
Berdasarkan definisi diagnostik dan kesulitan
belajar maka dapat disimpulkan bahwa diagnostik kesulitan belajar adalah proses
menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta
didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau
dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.
2.
Jenis-jenis Kesulitan Belajar
Mengenali kesulitan
belajar berbeda dengan mendiagnostik penyakit cacar air atau campak. Untuk
dapat mendiagnostik kesulitan belajar sangat rumit karena meliputi begitu
banyak kemungkinan penyebab, gejala-gejala, perawatan, serta penanganan.
Kesulitan belajar dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:
a.
Kesulitan dalam
berbicara dan berbahasa
Orang yang
mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa yang tepat, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa
yang benar atau memahami apa yang orang lain katakan.
b.
Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
Siswa-siswi yang mengalami gangguan
kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung mereka.
c.
Kesulitan
lainnya yang mencakup kesulitan dalam mengoordinasikan gerakan tubuh serta
permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Kesulitan lainnya seperti gangguan kemampuan motorik
dan gangguan perkembangan khusus yang belum diklasifikasikan. Gejala-gejalanya
adalah keterlambatan atau keterbelakangan dalam memahami bahasa, kemampuan akademis
serta motorik yang pada gilirannya memengaruhi kemampuannya untuk memelajari
sesuatu.
3.
Faktor Penyebab Munculnya Kesulitan Belajar
Beberapa faktor
penyebab munculnya kesulitan belajar menurut Sukardi dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a.
Faktor internal,
yang meliputi:
1)
Kesehatan
Kondisi fisik
secara umum dapat memengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Kesehatan yang
buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidakhadiran siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai
potensi yang sebenarnya.
2)
Problem Menyesuaikan
Diri
Faktor ini erat
kaitannya dengan masyarakat sekitar, namun sumber utama faktor ini berasal dari
dalam diri siswa, sebagai contoh memiliki gangguan emosional.
b.
Faktor eksternal,
yang meliputi:
1)
Lingkungan
Problem
lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap
keluarga atuapun lingkungannya. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa dapat
menjadi problem yang sulit dalam belajar.
2)
Cara Guru
Mengajar yang Tidak Baik
Cara mengajar
guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini
tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik
penguasaan metode mengajar maupun materi ajar.
3)
Orang Tua
Orang tua yang
tidak mau atau tidak mampu menyediakan fasilitas belajar yang memadai bagi anak
dapat menjadi faktor pemicu timbulnya kesulitan belajar.
4)
Masyarakat
Sekitar
Masyarakat sekitar siswa dapat menjadi sumber
masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif maka akan berpengaruh
terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok.
4.
Ciri-ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan
Belajar
Ciri-ciri umum siswa
lamban belajar dapat dipahami melalui pengamatan fisik siswa, perkembangan
mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian, dan proses-proses belajar
yang yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ketidaksanggupan belar dapat
disebabkan oleh adanya kerusakan-kerusakan tertentu pada diri seseorang yang membuat
seseorang itu lamban belajar. Menurut Cece Wijaya (2010) kerusakan-kerusakan
itu dikategorikan dalam empat hal, yaitu:
a.
Dyselexia, kelemahan-kelemahan
belajaar di bidang menulis dan berbicara.
b.
Dyscalculia,
adalah kesulitan mengenal angka dan pemahaman terhadap konsep dasar matematika.
c.
Attention Defisit Hyperactive Disorder (ADHD), adalah pemusatan perhatian terhadap
masalah-masalah yang sedang dihadapinya.
d.
Spatial, motor, ad perceptual defisits, adalah kondisi lemah dalam menilai
dirinya menurutukuran ruang dan waktu.
Kerusakan lainnya yang
membuat siswa lamban belajar adalah Social
defisits, yaitu kesulitan mengembangkan keterampilan sosial. Kesulitan itu dapat membuat
ketidaksanggupan menemukan jati dirinya.
5. Prosedur Diagnostik Kesulitan Belajar
Terdapat
tiga langkah umum yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk melakukan
diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, langkah-langkah tersebut
adalah:
a. Mendiagnostik
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, yaitu dengan cara mengidentifikasi
kasus dan melokalisasikan jenis dan sifat kesulitan belajar terebut.
b. Mengadakan
estimasi (prognosis) tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang
dialami siswa.
c. Mengadakan
terapi, yaitu menemukan berbagai kemungkinan yang dapat dipergunakan dalam
rangka penyembuhan atau mengalami kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tersebut.
6. Mendiagnostik Kesulitan Belajar secara Formal
Diagnostik yang sebenarnya terhadap kesulitan
belajar dilakukan dengan metode uji standar yang membandingkan tingkatan
kemampuan seorang anak terhadap anak lainnya yang dianggap normal. Masing-masing tipe gangguan belajar didiagnostik
dengan cara yang sedikit berbeda. Contoh untuk mendiagnostik kesulitan
berbicara dan berbahasa, ahli terapi wicara menguji cara pelafalan bunyi bahasa
anak-anak, kosakata, dan pengetahuan bahasa serta membandingkannya dengan
kemampuan anak sebaya mereka yang normal.
Kemudian untuk hal yang terkait dengan gangguan kemampuan
atau pekembangan akademis, maka pengujiannya dilakukan dengan metode uji
standar. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penanganan gangguan belajar
berbeda dengan penanganan ketertinggalan pelajaran di sekolah. Jika sekolah
gagal mengenali keterlambatan belajar orang tua dapat mencari alternatif lain.
7. Evaluasi Diagnostik
Kesulitan Belajar
Permasalahan kesulitan belajar yang ditemukan oleh
guru perlu dicari penyebabnya dan program apa yang dapat diberikan agar siswa
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan guru. Hal ini dapat
dilakukan melalui evaluasi diagnostik kesulitan belajar. Evaluasi diagnostik
kesulitan belajar merupakan
evaluasi yang memiliki penekanan kepada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang
tidak terpecahkan oleh formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk
tes formatif.
Melalui evaluasi diagnostik
kesulitan belajar ini, diharapkan para guru dapat mengidentifikasi beberapa
siswa yang memiliki kesulitan belajar.
B. Konsep Dasar Pengajaran Remedial
1. Definisi Pengajaran Remedial
Menurut
Ischak S.W. dan Warji R. memberikan pengertian Remedial Teaching. Kegiatan perbaikan dalam proses belajar mengajar
adalah salah satu bentuk pemberian bentuk pemberian
bantuan. Yaitu pemberian
bantuan dalam proses belajar
mengajar yang berupa kegiatan perbaikan
terprogram dan disusun secara sistematis.
Sukardi mengemukakan remedial tidak lain adalah
termasuk kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika kesulitan
dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remedial merupakan tindakan korektif
yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik dilakukan.
Sehingga, remedial merupakan salah satu tahap kegiatan
utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta
merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan
belajar mengajar.
2. Tujuan dan Fungsi Pengajaran Remedial
a.
Tujuan pengajaran remedial
Tujuan
pengajaran remedial antara lain:
1)
Agar siswa dapat memahami dirinya
2)
Agar siswa dapat memperbaiki cara belajarnya ke arah yang lebih baik.
3)
Agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4)
Agar siswa dapat mengembangkan sifat dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil yang lebih baik.
5)
Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
kepadanya.
b.
Fungsi pengajaran remedial
Fungsi
pengajaran remedial antara lain:
1)
Fungsi korektif
Pengajaran remedial dapat dilakukan terhadap hal-hal yang dipandang
belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.
2)
Fungsi pemahaman
Pengajaran
remedial memungkinkan guru, siswa atau pihak-pihak lainnya akan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pribadi siswa.
3)
Fungsi penyesuaian
Pengajaran
remedial dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkunan
dan proses belajarnya.
4)
Fungsi pengayaan
Pengajaran
remedial dapat memperkaya proses pembelajaran yang tidak disampaikan pada
pengajaran biasa.
5)
Fungsi akselerasi
Melalui
pengajaran remedial akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan
menggunakan waktu yang efektif dan efisien.
6)
Fungsi Terapeutik
Pengajaran
remedial secara langsung atau tidak akan dapat membantu memperbaiki
kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya
penyimpangan.
3. Metode dalam Pengajaran Remedial
Metode
yang dapat digunakan dalam pengajaran perbaikan yaitu metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan
kegiatan bimbingan belajar mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan
tindak lanjut. Metode yang dapat digunakan yaitu:
a.
Tanya jawab, metode ini digunakan dalam rangka
pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan siswa.
b.
Diskusi, metode ini digunakan dengan memanfaatkan
interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar
yang dialami oleh sekelompok siswa.
c.
Tugas, metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan
pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
d.
Kerja kelompok, metode ini hampir bersamaan dengan
pemberian tugas dan diskusi yang terpenting adalah interaksi diantara anggota
kelompok dengan harapan terjadinya perbaikan pada diri siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
e.
Tutor adalah siswa sebaya yang ditugaskan untuk membantu temannya yang
mengalami kesulitan belajar.
f.
Pengajaran individu adalah interaksi antara guru-siswa secara
individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan dengan metode ini bersifat
teraputik, artinya mempunyai sifat penyembuhan dengan cara memperbaiki
cara-cara belajar siswa.
4. Strategi dan Teknik dalam Pendekatan Pengajaran Remedial
Strategi dan teknik pengajaran remedial yang dirumuskan oleh Izhar Hasis
yang disimpulkan dari Ross and
Stanley dan dari Dinkmeyer and
Caldweel dalam bukunya Developmental
Counseling adalah sebagai berikut:
a.
Strategi dan teknik pendekatan remedial
teaching yang bersifat kuratif
Tindakan remedial teaching
dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah selesainya program proses
belajarmengajar utama diselenggarakan. Teknik yang dipakai dalam strategi ini
adalah pengulangan, pengayaan dan pengukuhan, percepatan.
b.
Strategi dan teknik pendekatan remedial
teaching yang bersifat preventif
Strategi dan teknik pendekatan preventif
diberikan kepada siswa tertentu berdasarkan data atau informasi yang ada dapat
diantisipasi atau setidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Teknik yang digunakan adalah layanan pengajaran
kelompok yang diorganisasikan secara homogen.
c.
Strategi dan teknik pendekatan remedial
teaching yang bersifat pengembangan
Pendekatan
pengembangan merupakan tindak lanjut dari during
teaching diagnostic atau upaya diagnostik yang dilakukan guru selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
5. Langkah-langkah Melaksanakan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah
satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak
kegiatan-kegiatan berikutnya.
b.
Menentukan tindakan yang harus dilakukan.
1)
Jika
kasusnya ringan, tindakan yang ditentukan adalah memberikan pengajaran remedial
kepada siswa tersebut.
2)
Jika
kasusnya cukup dan berat, maka sebelum diberikan pengajaran remedial, siswa harus diberikan layanan konseling
terlebih dahulu.
c. Pemberian layanan khusus yaitu
bimbingan dan konseling
Tujuan
dari layanan khusus bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar siswa yang
terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian
siap menghadapi kegiatan belajar secara wajar
d. Langkah pelaksanaan pengajaran
remedial.
e. Melakukan pengukuran kembali
terhadap prestasi belajar siswa dengan alat tes sumatif.
f.
Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik.
6. Perbandingan Prosedur Pengajaran Biasa dan Remedial
Pengajaran Biasa
|
Pengajaran Remedial
|
Semua siswa ikut berpartisipasi.
|
Diadakan pelayanan khusus bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
|
Tujuan pengajaran ditetapkan sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
|
Tujuan pengajaran disesuaikan dengan kesulitan
belajar siswa.
|
Metode dalam pengajaran biasa untuk semua siswa.
|
Metode dalam pengajaran berdiferensial (sesuai
dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan).
|
Pengajaran dapat dilakukan oleh guru.
|
Pengajaran dilakukan oleh tim (kerjasama).
|
Selain itu, pengajaran
remedial lebih diferensial dengan pendekatan individual, alat pengajarannya
lebih bervariasi dan evaluasinya disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.
7. Peran Aparan Sekolah, Orang Tua, dan Masyarakat dalam Program Pendidikan
dan Pengajaran Remedial
Pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran remedial merupakan tanggung jawab bersama antara
kepala sekolah, guru, orang tua, pemerhati pendidikan, tata usaha, dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang terkait.
a.
Kepala Sekolah
1)
Kepala sekolah harus menguasai sepenuhnya program pendidikan dan
pengajaran remedial di sekolah.
2)
Kepala sekolah menyediakan sumber belajar yang lengkap dan dapat
digunakan setiap waktu sesuai dengan kebutuhan.
3)
Kepala
sekolah memiliki jalinan kerja sama yang baik dengan orang tua siswa di rumah.
4)
Kepala
sekolah mendirikan dan mengembangkan Lembaga Pusat Bimbingan dan Penyuluhan
yang berfungsi menangani kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari
pengetahuan.
5)
Kepala
sekolah mampu mengangkat seorang ekspert yang bertugas sebagai guru pendidikan
remedial
b.
Orang Tua Siswa
1)
Menerima dengan baik kunjungan sekolah di rumah.
2)
Bersikap tanggap terhadap pembicaraan kasus putra-putranya.
3)
Senang menghadiri undangan sekolah untuk membicarakan kasus
putra-putranya.
4)
Memberikan data objektif selengkap mungkin tentang kelemahan-kelemahan
putranya dalam pelajaran.
5)
Membantu memprediksi dan memberi latihan sepenuhnya terhadap kasus yang
dihadapinya.
c.
Staf Tata Usaha Sekolah
Mengadministrasi
data-data kasus mulai dari latar belakang kesulitan belajar, hingga cara
memprediksi penyembuhannya dan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran remedial.
d.
Pemilik Sekolah
1)
Melakukan kunjungan rutin ke sekolah.
2)
Menyelenggarakan diskusi periodik dengan kepala sekolah dan guru-guru
tentang upaya pemecahan kesulitan belajar siswa.
3)
Menyelenggarakan upaya kerja sama yang baik dengan lembaga-lembaga
terkait.
e.
Para pemerhati pendidikan
Para
pemerhati pendidikan adalah orang-orang yang menaruh perhatian penuh terhadap
proses dan hasil pendidikan yang dicapai siswa di sekolah.
f.
Lembaga-lembaga Kemasyarakatan Terkait
Keterkaitan
lembaga-lembaga kemasyarakatan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran remedial khususnya untuk penanganan kasus kenakalan remaja
diperlukan.
8. Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada
akhir kegiatan siswa diadakan evaluasi dengan tujuan paling utama adalah
diharapkan 75% taraf penguasaan. Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan
diagnostik dan memperoleh pengajaran remedial kemabali.
REFERENSI
Makalah kelompok 8 (Konsep
Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar