Sabtu, 28 Februari 2015


Nama                         : Ghina Farras Ayuningtyas
NIM                           : 1200419
Program Studi            : Pendidikan Matematika

Resume Presentasi BK Kelompok 1
MAKNA DAN POSISI SERTA URGENSI
BIMBINGAN KONSELING DALAM PRAKTEK PENDIDIKAN

A.  Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berasal dari kata to guide kemudian menjadi guidance yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Bimbingan yang dimaksud disini ditujukan pada orang atau sekelompok orang yang mengalami maladjusmen, yaitu kegoncangan pribadi, konflik batin, salah aturan, stress, dan lain-lain.
Sedangkan konseling diambil dari bahasa Inggris counseling dulu diterjemahkan dengan penyuluhan (bersifat umum), sekarang diartikan konseling itu sendiri (bersifat spesifik mengenai kejiwaan). Konseling adalah bantuan pertolongan, tuntutan yang diberikan kepada seseorang untuk mengatasi kesulitan atau masalah secara langsung berhadapan muka atau face to face relation untuk mencapai kesejahteraan hidup.
B.  Kondisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan kesejahteraan guru seringkali menjadi sorotan yang mendapat perhatian pada pembicaraan yang terkait dengan pendidikan nasional di negara Indonesia. Sedangkan untuk isu kepribadian peserta didik serta peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) dalam pembentukan pribadi peserta didik jarang sekali mendapat sorotan. Padahal apabila kita melihat ke negara-negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan.
Adapun paradigma sekolah terhadap BK dapat dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1.    Sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa.
2.    Sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan (swasta) atau pemerintah (negeri).
3.    Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK jadul.
4.    Sekolah yang belum memiliki manajemen BK.
C.  Landasan Psikologis Bimbingan dan Konseling
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah:
1.    Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakan seseorang berperilaku, baik motif primer maupun motif sekunder. Kemudian motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu menjadi bentuk perilaku instrumental yang mengarah pada suatu tujuan.
2.      Konflik dan Frustasi
Seorang individu yang menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu sama lain berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu-raguan untuk memutuskan motif mana yang akan diambil. Frustasi adalah perasaan kecewa yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tidak kunjung terlaksana.
3.      Sikap
4.      Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan adalah segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan. Sedangkan lingkungan dapat mempengaruhi potensi bawaan yang dimiliki oleh seorang individu. Jika seorang individu dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif maka segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal, sebaliknya seorang individu yang dibesarkan dalam suatu lingkungan yang kurang kondusif akan menyebabkan potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.
5.      Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkaitan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa konsepsi hingga akhir hayatnya. Untuk menjalankan tugasnya sebagai konselor, konselor harus mampu memahami berbagai aspek perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu di masa depan, serta hubungannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
6.      Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental
Seorang individu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan yang ada dalam lingkungannya, hal ini dilakukan agar seorang individu dapat memenuhi kebutuhannya. Proses ini, disebut sebagai proses penyesuaian diri.
7.      Masalah Belajar
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku. Belajar merupakan kegiatan ini dari keseluruhan proses pendidikan. Namun, dalam kegiatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar. Masalah yang timbul bagi siswa itu sendiri antara lain: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, mempergunakan buku-buku pelajaran, memilih mata pelajaran yang cocok dan sebagainya. Layanan bantuan yang seharusnya diberikan kepada siswa adalah bimbingan belajar, baik yang bersifat preventif maupun kuratif.
8.      Kecerdasan Majemuk
9.      Kecerdasan Emosional
Pendapat lama menunjukkan bahwa kualitas kecardasan yang tinggi dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar atau meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun, baru-baru ini telah berkembang pandangan lain yang mengatakan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi keberhasilan hidup seseorang bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecerdasan intelektual, tetapi oleh faktor kemantapan emosional, yang oleh ahlinya yaitu Daniel Goelman disebut Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional).
Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan-kemampuan memahami diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan membina hubungan. Untuk membantu para siswa mengembangkan kecerdasan emosional maka pemberian layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang penting. Pelayanan bimbingan dilaksanakan secara teamwork, antara konselor, guru bidang studi, dan kepala sekolah.
10.  Kecerdasan Spiritual
Setelah adanya kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, pada akhir abad ke-20 ditemukan kecerdasan spiritual (SQ). SQ ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan makna dan nilai, menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang lebih luas, kaya, dan memerikan makna, mengukur atau menilai bahwa salah satu kegiatan atau langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari yang lainnya.
11.  Kreativitas
Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencipta suatu produk baru, atau kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
12.  Stres dan Pengelolaannya
Stres merupakan fenomena psikofisik. Stres dapat dialami oleh setiap orang. Stres dapat berpengaruh positif dan dapat pula berpengaruh negatif. Pengaruh positif dari stres antara lain: mendorong individu untuk melakukan sesuatu, membangkitkan kesadaran, dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh negatif dari stres antara lain: munculnya rasa tidak percaya diri, penolakan, marah atau depresi.
D.  Landasan Sosiologis (Sosial-Budaya) Bimbingan dan Konseling
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat serta memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Dalam situasi seperti inilah bimbingan dan konseling terasa diperlukan sebagai bentuk bantuan kepada siswa.
Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan antara lain:
1.         Perubahan Konstelasi Keluarga
Keluarga yang mengalami kondisi disfungsional akan dihadapkan pada kebutuhan atau kesulitan dalam mencari jalann keluar untuk pemecahan masalah yang dihadapinya. Salah satu bantuan yang dapat dilakukan untuk masalah ini adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantu untuk memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga.
2.         Perkembangan Pendidikan
Kesempatan belajar yang terbuka untuk murid-murid dari berbagai latar belakang baik agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat maupun ekonomi menyembabkan bertumpuknya masalah yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran tersebut. Pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan melaksankan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan.
3.         Dunia Kerja
Perubahan dunia kerja yang menuntut keahlian khusus dari para pekerja menuntut para pekerja untuk mempersiapkan tenaga terampil dan sikap mental yang tangguh.
4.         Perkembangan Kota Metropolitan
Meledaknya arus urbanisasi dapat menimbulkan dampak sosial yang buruk bagi kehidupan masyarakat di perkotaan. Kondisi kehidupan yang buruk tersebut dapat menimbulkan masalah yang terkait dengan masalah psikologis seperti gangguan jiwa dan sakit jiwa. Bimbingan konseling dibutuhkan untuk membantu masyarakat agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5.         Perkembangan Komunikasi
Perkembangan komunikasi ini didapat terutama dari media televisi. Menonton televisi dapat mengembangkan sikap konsumerisme di kalangan masyarakat.
6.         Seksisme dan Rasisme
7.         Kesehatan Mental
8.         Perkembangan Teknologi
Ada dua masalah yang dapat timbul dari pekembangan teknologi yaitu, penggantian sebagaian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik sehingga menyebabkan pengangguran dan bertambahnya jenis-jenis pekerjaan serta jabatan baruyang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya.
9.         Kondisi Moral dan Keagamaan
10.     Kondisi Sosial Ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi diantara anggota kelompok ekonomi campuran, menimbulkan masalah yang berat, terutama bagi individu  yang berasal dari golongan ekonomi lemah. Di ekonomi lemah tidak mustahil timbul kecemburuan sosial, perasaan rendah diri atau perasaan tidak nyaman untuk bergauldengan anak-anak dari kelompok orang-orang kaya.
E.  Landasan Pedagogis Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses membantu individu memahami diri dan dunianya, dan dalam konteks pendidikan bimbingan terfokus kepada pengembangan lingkungan belajar yang memfasilitasi individu memperoleh kesuksesan belajar.
Tohirin (2007:103) mengatakan bahwa landasan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan:
1.       Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan.
2.       Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling.
3.       Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling.
F.   Landasan Agama Bimbingan dan Konseling
Pembahasan landasan religius ini, terkait dengan upaya mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses bimbingan dan konseling.
1.      Hakikat Manusia Menurut Agama
Menurut sifat hakiki, manusia adalah makhluk beragama yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai rujukan sikap dan perilakunya.
2.      Peranan Agama
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pengembangan mental yang sehat.
3.      Persyaratan Konselor
Pemberi bantuan dituntut untuk memilih pemahaman akan nilai-nilai agama dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik.
G. Landasan Perkembangan IPTEK Bimbingan dan Konseling
Landasan perkembangan IPTEK berkaitan dengan sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Bimbingan konseling diharapkan semakin kokoh dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat.
H.  Sejarah Lahirnya Bimbingan Konseling di Indonesia
Di Indonesia, praktek Bimbingan Konseling telah lama diperankan seperti berdirinya organisasi pemuda Budi Utomo pada tahun 1908 hingga pada periode selanjutnya berdirilah perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai nasionalisme di kalangan para siswanya.
Di Indonesia, pelayanan konseling dan sistem pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling sampai sekarang.

REFERENSI
Anam, K. (2013). Deskripsi Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia. [Online]. Tersedia: http://kadosorehari.blogspot.com/2013/04/semua-tentang-bk.html
Kelana, D. (2010). Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah-90963.html
Makalah Kelompok 1 (Makna dan Posisi serta Urgensi Bimbingan Konseling dalam Praktek Pendidikan)